HEALTHY MINDSET
Anak muda sering mempunyai banyak
idealism, keinginan dan imajinasi yag kuat. Karena pada tahap kehidupan
remaja-pemuda, terjadi proses pematangan di dalam otak. Kita sering ngga
menyadari hal ini, dan mau ngga mau lai ini mempengaruhi seluruh aspek
kepribadian kita.
Para pakar psikologi menemukan
bahwa akibat dari proses pematangan itu akan membentuk sikap tertentu dalam
diri seseorang. Sikap itu sendiri dibentuk oleh beberapa komponen, yakni mindset, emosi, dan kehendak. Ketiga hal
itu sangat menentukan.
Akhirnya, apa yang anda pikirkan,
rasakan dan kehendaki akan mencerminkan sikapmu dalam perilaku sehari-hari.
Nah, supaya anda mampu memiliki sikap yang benar, ketiga hal itu harus sinkron.
Kali ini, kita akan memahami lebih dalam lagi mengenai mindset atau cara
berpikir kita. Sebagai anak Tuhan, udah selayaknya kita memproteksi pikiran
diri sendiri dari informasi yang ngga menguntungkan bagi jiwa. Namun sayangnya,
era saat ini, era informasi dan teknologi yang menawarkan banyak hal yang belum
pernah terjadi. Kalo direnungi kembal, sebenarnya ada informasi dan teknologi
yang sifatnya Cuma “polusi pikiran” karena ngga berguna.
Meski begitu, ngga berarti semua
informasi yang tersaji ngga berguna. Gimanapun anda harus belajar memilah. Hal
yang baik mengatahui yang sedang terjadi disekitar kita, tapi kalo terlalu KEPO
alias pengen tahu detail semua hal yang terjadi, justru itu ngga membuat kita
semakin rohani dan sempurna dalam Tuhan.
Penelitian di Amerika, menemukan
sering memasang status di Facebook atau twitter, kemudian menunggu respons
orang lain secara terus-menerus ternyata akan membuat kita kehilangan kontak
sosial dengan orang lain. Hal ini justru membuat kita jadi ngga seimbang,
karena sasaran kita untuk bersosialisasi adalah kotak yang mengeluarkan cahaya,
gambar dan video belaka, ngga langsung bertemu dengan pribadinya.
Informasi ngga berguna lainnya
adalah keingintahuan yang sia-sia. Ketika kita sering mencari tahu hal-hal yang
sebenarnya ngga perlu kita ketahui, hal itu akan membuat kita “merasa” lebih
tahu daripada orang lain. Akhirnya, membawa kita pada kesombongan dan arogansi.
Ngga heran jika kemudian kita mudah menghakimi, menggurui orang lain, padahal
sebenarnya hal itu bukan kapasitas kita. Jika dibiarin terus-menerus dan
dipupuk dalam pikiran, kita akan jadi pribadi yang mudah terobsesi untuk
mengetahui hal-hal negative yang terjadi pada orang lain. Obsesi inilah yang
jadi akar gosip.
Iblis bisa aja meyakinkan kita
untuk mengetahui masalah orang lain, supaya bisa menolongnya. Namun, perlu
diketahui bahwa kita bisa berdoa untuk orang sakit tanpa mengetahui
penyakitnya. Kita bisa menolong seseorang pindah rumah tanpa mendoakan
kebutuhan yang diperlukan untuk rumah barunya.
Anak muda biasanya terobsesi
untuk mengetahui rahasia temannya. “kalo
kamu nggak mengatakan rahasiamu, kamu bukanlah temanku,” atau “aku akan mengatakan rahasiaku kalo kamu
mengatakan rahasiamu.”
Mungkin kita mampu menyimpan
rapat-rapat rahasia teman kita, tapi siapa yang bisa menahan diri untuk nggga menghakimi,
baik dalam pikiran maupun hati? Itu artinya, kita udah melangkahi wewenang
Tuhan sebagai Hakim Agung. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan, “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal
dari hati dan itulah yang menajiskan orang” (Mat 15:18). Sahabat yang baik
tentu menghargai privasi temannya, daripada mencoba mengetahui
rahasia-rahasianya.
_Andreas (R.Anak Muda 2013)_
Posting Komentar