Bait Allah yang
Sehat
Apa perlunya mengembangkan pola hidup sehat?
Bukankah tubuh ini kondisinya memang akan terus
merosot dari waktu ke waktu?
Kenapa kita tidak menikmati hidup ini sepuasnya,
“makan dan minum, sebab besok kita mati” (1 Korintus 15:32)?
Hidup dan tubuh
kita adalah karunia Tuhan, dan Tuhan menghendaki kita menjadi “ pengurus yang
baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4:10). Hidup sehat ialah bagian dari
tanggung jawab penatalayanan kita. Alkitab memberikan sejumlah perspektif yang
melandasinya.
Tubuh
kita adalah Bait Allah. Dalam Perjanjian Baru, Allah tidak lagi berdiam di
dalam bait megah dari batu yang ditegakan oleh tangan manusia. Roh Allah
berdiam di dalam tubuh orang-orang percaya! Dia tidak lagi menunggu umat-Nya di
dalam sebuah bangunan atau situs; Dia tinggal di dalam dri mereka dan menyertai
mereka senantiasa. Hal ini menggentarkan, namun sekaligus mendatangkan
penghiburan. Kita memperoleh ketentraman karena selalu berada dalam penyertaan
Tuhan. Tetapi, kita juga mendapatkan motivasi untuk hidup sepadan dengan
kekudusanNya. Apakah perilaku kita memancarkan keberadaan Allah yang berdiam di
dalam diri kita?
Mempersembahkan Tubuh. Pada awal Roma 12, Paulus mendorong orang
percaya, berdasarkan kasih karunia Allah yang telah diuraikan sepanjang Roma
1-11, agar mereka mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup.
Sungguh menarik. Paulus menunjukan bahwa ibadah yang sejati dimulai dari
mempersembahkan tubuh. Dari sini kita baru beranjang pada pembaharuan pikiran
dan pengenalan akan kehendak Allah yang sempurna.
Paulus mengacu pada korban persembahan
pada Perjanjian Lama. Dahulu yang dipersembahkan ialah binatang berkualitas
unggul dan terbaik. Hidup sehat membantu kita untuk mempersembahkan persembahan
yang unggul dan terbaik tersebut.
Tubuh juga mewakili seluruh aktivitas
keseharian kita. Menurut paraphrase Alkitab versi The Message, Roma 12:1 berbunyi demikian, “Bawalah kehidupan
sehari-harimu, yakni tidur, makan, pergi bekerja, dan berjalan-jalan dan
letakan itu di hadapan Allah sebagai sebuah persembahan.”
Mengasihi Tuhan dengan Seganap Kekuatan. Ya, Tuhan menginginkan persembahan seluruh
hidup kita. Dia memerintahkan kita untuk mengasihiNya bukan hanya dengan
segenap hati dan dengan segenap akal budi, tetapi juga dengan segenap kekuatan.
Artinya, dengan segenap potensi terbaik yang ada pada tubuh kita. Hidup sehat
menolong kita menjaga kekuatan tubuh seprima mungkin untuk melayani Dia.
Jadi, kita mengembangkan pola hidup
sehat bukan untuk memuaskan tubuh dan hawa nafsunya, melainkan supaya kita bisa
mempersembahkan persembahan yang terbaik bagi Allah yang kita kasihi.

_Arie
Saptaji (RH 2013)_